Hal tersebut diungkapkan lantaran melihat kondisi nilai
tukar rupiah yang terus mengalami penurunan terhadap dolar AS, guncangan yang
terjadi dalam kondisi perekonomian global, dan pertumbuhan ekonomi Indonesia
yang masih belum membaik.
"Saya
pribadi terus terang dari 2013 sudah prihatin (dengan kondisi ekonomi RI), saya
selalu memperingatkan bahwa ini berat. Saya pesimis rupiah, kondisi global, dan
pertumbuhan," ucapnya, Senin (7/12/2015).
Akan
tetapi, beliau menuturkan bahwa mulai pertengahan tahun ini kekhawatirannya
mulai berubah menjadi harapan. Meski demikian perekonomian Indonesia masih
cukup memprihatinkan, namun telah mengalami berbagai peningkatan yang juga
diikuti kondisi ekonomi global.
"Memang
rupiah masih tertekan, ekonomi masih rawan, masih terjal. Tapi saya melihat
bahwa sudah banyak kemajuan, sudah banyak sekali pembenahan," imbuhnya.
Lembong
menceritakan, pada dua tahun yang lalu di Eropa terjadi krisis moneter
besar-besaran. Bahkan, IMF dan bank dunia harus masuk agar negara lain seperti
Portugal, Irlandia, Spanyol tidak semakin memburuk. Saat itu juga kondisi
perekonomian di AS masih belum membaik.
Namun
krisis moneter tersebut mengharuskan pemerintah di Eropa mulai melakukan
perubahan hingga saat ini sudah mulai menemukan kejayaannya kembali. "Dan
kita lihat sekarang tumbuh lagi. Spanyol pertumbuhannya tinggi sekali, AS
mengikuti dan kemungkinan kedepannya Fed akan naikkan suku bunga. Meski akan
tekan kurs kita., tapi juga mencerminkan bahwa ekonomi AS mulai pulih,"
tutupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar