Kamis, 25 Oktober 2018

MATA UANG AS BANYAK DIBURU, RUPIAH LESU

SAVE - Sedikit-demi sedikit pergerakan kurs dolar AS terlihat mulai kembali naik ke posisi terbaiknya. Jelang pelaksanaan lelang obligasi pemerintah AS, mata uang greenback ini banyak diburu oleh para investor.

Dollar Index yang mengukur mata uang greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama lainnya bergerak melemah 0,07% ke posisi 96,354.

Meski terlihat masih memerah, namun koreksinya semakin berkurang. Selain itu, dolar AS juga masih berada di sekitar 96. Mata uang Negeri Paman Sam ini juga sempat menyentuh ke posisi tertinggnya kemarin sejak Agustus.

Sejak perdagangan tadi pagi, Dollar Index terus mengalami koreksi. Hal ini masih dinilai wajar lantaran penguatannya cukup berat. Setelah sempat terkoreksi, Dollar Index masih mencatat penguatan 0,47% selama sepekan terakhir.

Namun, Dollar Index masih terus menunjukan penguatannya di mana koreksinya terus menurun. Greenback memang tengah menjadi aset yang sedang diminati, mengalahkan mata uang utama lainnya.

Sementara saat ini, imbal hasil obligasi AS masih mengalami penurunan. Namun penurunannya semakin landai, bahkan untuk tenor 7 dan 10 tahun sudah imbang.

#moneychangersunterjakartautara

savemoneychanger @ptsavemc

Selasa, 23 Oktober 2018

RENDAHNYA SAHAM PERBANKAN AS, BIKIN DOW JONES JATUH

SAVEBursa saham Wall Street di AS pada perdagangan kemarin ditutup melemah, lantaran rendahnya harga saham-saham bank berkapitalisasi besar. Kekhawatiran akan kenaikan suku bunga di AS yang berdampak pada pertumbuhan kredit membuat harga saham perbankan menyusut.

Mengutip dari CNBC, Selasa (23/10/2018), laju indeks Dow Jones mengalami kejatuhan sebesar 126,93 poin ke level 25.317,41 dengan saham Goldman Sachs yang memimpin penurunan. Sedangkan indeks S&P 500 lebih rendah 0,4% menjadi 2.755,88 akibat penurunan sektor saham keuangan sebesar 2,1%. Dan indeks Nasdaq justru bergerak naik 0,3% ke posisi 7.468,36 dengan mendapat dorongan dari kenaikan saham Amazon sebesar 1,4% dan Apple naik 0,6%.

Pada perdagangan awal pekan kemarin, saham-saham perbankan di AS mengalami kejatuhan, dimana Bank of America dan Citigroup keduanya turun lebih dari 3%. JPMorgan Chase dab Goldman Sachs masing-masing tuurn 1,4% dan 2,4%. Ini merupakan laporan terburuk sejak 10 Oktober.

Selain itu, penurunan bursa saham AS ini terjadi karena kekhawatiran akan kenaikan suku bunga acuan dan perlambatan ekonomi global. Investor membutuhkan kondisi yang tenang sehingga pasar dapat kembali bergerak naik.

Sementara sejumlah perusahaan di AS pada pekan ini terlihat mulai memberikan laporan kinerja di kuartal III 2018, seperti Halliburton dan Polaris Industries yang melaporkan hasil laba lebih baik dari perkiraan. Dan besok NcDonald’s, Caterpillar, United, Technologies, Amazon dan Alphabet yang akan memberikan laporan kinerja mereka.

#moneychangersunterjakartautara

savemoneychanger @ptsavemc

Senin, 22 Oktober 2018

IHSG MASIH MEMILIKI POTENSI PENGUATAN, DI TENGAH TEKANAN EKSTERNAL

SAVEPada perdagangan sesi pagi hari ini, Senin (22/10/2018), bursa saham IHSG diperkirakan akan bergerak cenderung menguat di sekitar posisi support 5.789 dengan resisten di 5.862.

Meski sempat mengalami pelemahan dalam 2 hari perdagangan terakhir, laju IHSG terlihat masih akan mampu bergerak menguat secara mingguan. Pada minggu kemarin, pergerakan IHSG tercatat menguat sebesar 1,4%.

Kenaikan bursa saham IHSG di awal pekan, didorong oleh membaiknya Neraca Perdagangan Internasional Indonesia. Nilai impor tercatat tumbuh 14,18% secara tahunan atau (YoY), sedangkan ekspor tumbuh 1,7% YoY, sehingga neraca perdagangan Indonesia mampu mencatat surplus US$227 juta, ini menjadikan surplus perdagangan pertama sejak Juni 2018.

Membaiknya ekonomi Indonesia tidak didukung oleh kondisi global yang kondusif. Beberapa sentimen negatif yang mempengaruhi diantaranya yaitu rencana kenaikan suku bunga acuan The Fed, rilis notulensi rapat (minutes of meeting) the Fed edisi September 2018, The Fed juga menyatakan masih akan tetap berada pada jalur kenaikan suku bunga yang hawkish. Hal tersebut berpotensi memperkuat instrumen mata uang dolar AS dan membuat mata uang negara lain terimbas dan melemah.

Pergerakan IHSG hari ini masih memiliki potensi untuk bergerak menguat, pasalnya pada perdagangan kemarin, indeks ditutup di jalur positif, dimana indeks mengakhiri perdagangan lebih tinggi dari level pembukaanya. Pola tersebut juga ikut memberikan sinyal pembalikan arah menuju kenaikan.

#moneychangersunterjakartautara

savemoneychanger @ptsavemc

Rabu, 10 Oktober 2018

DOLAR AS TERLIHAT BERGERAK MENURUN DARI Rp15.200

SAVE - Kurs dolar AS siang ini terlihat mulai bergerak menurun dari level Rp15.200. Sesi siang mata uang Negeri Paman Sam ini diperdagangkan di posisi Rp15.195 terhadap rupiah.

Angka tersebut menurun jika dibandingkan dengan posisi perdagangan pagi tadi yang berada di Rp15.210. Greenback bergerak menurun dari posisi sebelumnya yang betah di Rp15.200-an.

Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menyatakan bahwa masih terus terjadinya aksi perang dagang antara AS dengan China menjadi penyebab penguatan dolar AS.

Aksi perang dagang dan The Fed terkait kenaikan suku bunga acuannya membuat gejolak nilai tukar rupiah. Sebelumnya rupiah berada di posisi Rp12.000/US$, dan bergerak naik ke Rp13.000/US$, setelah itu tembus ke Rp14.000/US$, sementara saat ini berada di Rp15.000/US$.

Penguatan kurs dolar AS tentu membuat menjadi beban berat bagi importir, namun di sisi lain juga memberikan keuntungan bagi eksportir.

#moneychangersunterjakartautara

savemoneychanger @ptsavemc

Selasa, 09 Oktober 2018

EMPAT HARI BERUNTUN BURSA TOKYO MENYUSUT

SAVEMenutup perdagangan hari ini, Selasa (9/10/2018), pergerakan bursa saham Jepang di Tokyo ditutup menurun selama empat hari berturut-turut.

Pelemahan bursa saham Tokyo ini disebabkan oleh penguatan mata uang yen Jepang dan kekhawatiran atas kebijakan China yang melakukan pelonggaran giro wajib minimum.

Hari ini merupakan hari pertama transaksi di bursa Tokyo, setelah kemarin ditutup lantaran hari libur nasional.

Pergerakan indeks acuan Nikkei 225 kembali mencatat penurunan sebesar 314,33 poin atau 1,32% menjadi 23.469,39. Sedangkan indeks Topix yang lebih luas bergerak melemah 31,53 poin atau 1,76% ke level 1.761,12.

Sementara pada perdagangan tiga hari terakhir pekan kemarin, bursa Tokyo terus mengalami pelemahan akibat banyaknya aksi ambil untung yang dilakukan oleh investor setelah naik ke posisi tertinggi 27 tahun awal pekan lalu.

#moneychangersunterjakartautara

savemoneychanger @ptsavemc

Jumat, 05 Oktober 2018

RUPIAH MELEMAH TAJAM, IHSG TAK BERDAYA

SAVEPelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih menjadi penyebab penurunan bursa saham IHSG pada perdagangan hari ini. Sesi siang IHSG diperdagangkan menurun sebesar 19,92 poin atau 0,35% ke level 5.736,70, setelah pagi tadi dibuka melemah 18,02 poin menjadi 5.738,59.

Nilai tukar rupiah yang bergerak melemah juga ikut memberikan dampak bagi pergerakan saham-saham keuangan dan asing yang melakukan net sell sebesar Rp505 miliar.

Sementara berdasarkan dari data Bloomberg, rupiah siang ini berada di posisi Rp15.185/US$, angka ini menurun 6 poin atau 0,04% dibandingkan dengan posisi perdagangan sebelumnya di Rp15.179/US$.

Kenaikan mata uang Garuda ini didorong oleh imbal hasil obligasi AS 10 tahun dan imbal hasil obligasi jangka panjang (30 tahun), yang naik 1 bps sehingga masing-masing menjadi 3,20% dan 3,35%. Ini merupakan capaian tertinggo sejak Mei 2011, seiring dengan data tenaga kerja swasta yang lebih kuat dari perkiraan.

Mengutip dari data Reuters, Jumat (5/10/2018), laju indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama bergerak naik ke posisi 95,781. Terhadap yen, dolar AS naik 0,1% menjadi 114,04 atau mendekati posisi 114,73 yen yang merupakan posisi tertingginya sejal pertengahan Maret 2017. Dan pelemahan juga dialami oleh euro yang berda di possi US$1,1515.

#moneychangersunterjakartautara

savemoneychanger @ptsavemc

Rabu, 03 Oktober 2018

FAKTOR GLOBAL YANG MEMBUAT BI KHAWATIR

SAVE - Belum adanya kepastian terkait ekonomi global yang bersumber dari perbaikan ekonomi AS dan kenaikan suku bunga acuan dianggap menjadi salah satu faktor yang membuat nilai tukar rupiah melemah hingga menembus ke level Rp15.000/US$.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan bahwa kondisi tersebut bagaikan tiupan angin kencang yang menyebabkan kondisi perekonomian disuatu negara khususnya negara berkembang terkena dampaknya.

Namun, kedua faktor tersebut nyatanya bukan menjadi kekhawatiran utama bagi bank sentral. Untuk itu, Indonesia perlu melakukan medikal check up.

Secara garis besar, pertumbuhan ekonomi Indonesia maupun laju inflasi masih berada dalam kondisi yang relatif terkendali. Dari sumber pertumbuhan, dia menilai saat ini sudah semakin bervariasi.

Sementara lesunya kinerja ekspor yang diiringi dengan kenaikan impor tetap harus diperhatikan lantaran masih berkaitan dengan transaksi berjalan.Saat ini, transaksi berjalan juga menjadi perhatian yang ekstra.

#moneychangersunterjakartautara

savemoneychanger @ptsavemc

Selasa, 02 Oktober 2018

SENTIMEN KENAIKAN BI RATE HANYA SEMENTARA

SAVE - Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini mengalami pelemahan hingga ke posisi Rp15.000/US$. Sebelumnya BI juga telah melakukan upaya untuk mendorong pelemahan rupiah agar tidak terlalu dalam dengan menaikan tingkat suku bunga acuan BI hingga 150 bps.

Minimnya dampak kenaikan suku bunga BI rate terhadap nilai tukar rupiah dikarenakan kenaikannya sudah diprediksi oleh pasar. Sehingga, hal tersebut tidak lagi sebagai kejutan bagi pasar.

BI dinilai menurunkan pelemahan rupiah hanya untuk sementara. Untuk itu, diperkukannya perbaikan fundamental ekonomi untuk mendorong penguatan rupiah.

Sementara pelemahan nilai tukar rupiah ini diperkirakan akan berlangsung hingga akhir tahun 2018 ini. Hingga akhir tahun ini, pergerakan nilai tukar rupiah masih memiliki potensi untuk menembus ke level Rp15.200. Titik keseimbangan baru masih belum terlihat.

#moneychangersunterjakartautara

savemoneychanger @ptsavemc