Jumat, 11 Desember 2015

KEKHAWATIRAN BI TERHADAP PELEMAHAN YUAN

SAVE - Bank Indonesia (BI), khawatir terhadap mata uang yuan yang kembali mengalami penurunan. Mata uang Negeri Panda ini mengalami penurunan kemungkinan sebagai usaha China untuk melakukan devaluasi.
Gubernur BI Agus DW Martowardojo mengatakan, kekhawatiran ini dikarenakan kondisi ini dapat memberikan pengaruh terhadap mata uang dunia lainnya termasuk Indonesia.
“Saya mengantisipasi karena kondisi menjelang FOMC (Federal Open Market Committee) meeting, Tiongkok (China) yang ekonominya melemah, dan kekawatiran jika ekonomi Tiongkok terus mengalami penurunan kemungkinan yuan akan kembali didevaluasi lagi. Jadi kekhawatiran itu pasti ada,” ucap Agus.
Beliau menilai, kemungkinan hal ini akan terus terjadi hingga tahun 2016 mendatang. “Ini yang harus kita jaga terus, dan BI tetap berada di pasar apapun kondisinya,” jelasnya.
Lana Soelistianingsih, Ekonomi Universitas Indonesia (UI) tidak menyangka yuan akan kembali menurun, padahal mata uang yang biasa disebut renminbi ini sudah masuk dalam mata uang Special Drawing Rights (SDR).
“Saya tidak menyangka. Yuan yang masuk kedalam mata uang SDR seharusnya kewajiban dia menjadikan mata uangnya fleksibel,” katanya.
Lana memperkirakan, penurunan yuan ini kemungkinan dilakukan dengan kebijakan moneter. Padahal, untuk menurunkan mata uang tidak boleh langsung menggunakan kebijakan moneter. “Harusnya bias dilakukan dengan Giro Wajib Minimum (GWM), turunkan bunga deposito atau kredit. Enggak boleh langsung diturunkan,”tutupnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar