Berkurangnya tekanan eksternal dan perbaikan ekonomi
domestik, mampu membuat kurs rupiah akan mulai membaik pada semester pertama,
dan menguat di semester kedua 2016.
Tekanan eksternal berasal dari rencana kenaikan suku bunga
The Fed yang sejauh ini dapat diantisipasi. Dari proyeksi BI, kenaikan suku
bunga The Fed akan terjadi empat kali di setiap akhir triwulan dengan tambahan
besaran 100 basis poin.
Sementara pasar ‘radingnya’ 50 basis poin di Maret dan Juni 2016. Jadi kemungkinan tekanan
eksternalnya lebih kecil. Tekanan eksternal berasal dari ekonomi China
(Tiongkok), bank sentral Tiongkok (PBoC) kemungkinan masih akan tetap menjaga
stabilitas mata uang yuan di pasar keuangan, dan tidak akan melakukan devaluasi
yang berlebihan.
Walaupun demikian, sumber-sumber tekanan dari eksternal yang
dapat menekan pasar keuangan domestik memang masih ada. Namun perbaikan struktual
ekonomi domestik akan meyakinkan investor untuk menanam sahamnya di pasar keungan
Indonesia .
Tekanan eksternal yang mulai berkurang kemungkinan mampu mendorong
kurs rupiah kembali stabil di awal tahun 2016. Sementara manfaat dari stimulus fiskal,
pelonggaran kebijakan moneter, dan percepatan realisasi belanja modal pemerintah,
akan mendongkrak penguatan nilai tukar rupiah di semester kedua 2016.
Pada asumsi awal BI, dan juga asumsi yang tertuang di APBN 2016,
BI memprediksi nilai tukar rupiah tahun ini sebesar Rp13.900/US$. Sementara BI mentargetkan
laju inflasi sebesar 4,3% dan asumsi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 hingga 5,6%.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar