Rabu, 20 Januari 2016

IMF: EKONOMI DUNIA MASIH BELUM STABIL DI 2016, TUMBUH DI 3,4%


SAVE - Lembaga moneter internasional atau IMF, telah melakukan penurunan terhadap prediksi pertumbuhan ekonomi dunia di tahun ini dari 0,2% menjadi 3,4%.

Dan di tahun 2017 mendatang, IMF memperkirakan pergerakan pertumbuhan ekonomi akan berada di 3,6%.

Beberapa risiko telah diperingatkan oleh IMF mengenai kondisi ekonomi dunia. Ada beberapa langkah yang dapat menyebabkan pertumbuhan ekonomi dunia keluar jalur.

Setelah krisis keuangan 2008 perbaikan ekonomi juga masih terus berlanjut. Akan tetapi untuk negara kaya, pertumbuhan tidak bisa meningkat dan tidak menyeluruh.

Di tahun ini, ada 3 negara maju yang pertumbuhan ekonominya bisa tumbuh di atas 2% yaitu, Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Spanyol.

Pertumbuhan ekonomi Inggris ditahun ini diperkiran masih akan berada di angka 2,2%.

Sementara sejumlah negara berkembang pertumbuhan ekonominya diperkirakan masih akan menurun. Seperti Brazil, yang pertumbuhan ekonominya diperkirakan minus 3,5% di tahun ini, dan 0% di 2017. Hal ini disebabkan karena belum adanya kepastian kondisi politik akibat korupsi di Petrobas, perusahaan minyak negeri samba tersebut.

Rusia juga terimbas turunnya harga minyak, ekonominya juga akan kejatuhan di tahun ini. Lantaran negara ini lebih banyak mengandalkan perekonomiannya dari ekspor minyak. Dari prediksi IMF, Rusia masih akan lesu.

Sejumlah perekonomian negara eksportir minyak juga akan mengalami kejatuhan di tahun ini. Besarnya bunga pinjaman dan rendahnya harga komoditas juga ikut mempengaruhi perekonomian sejumlah negara di Afrika, seperti Nigeria, dan Angola, yang merupakan eksportir minyak Afrika Selatan.

Akibat adanya rencana kenaikan suku bunga The Fed menyebabkan risiko bunga pinjaman meningkat. Ini yang membuat suku bunga acuan di sejumlah negara mengalami kenaikan dan berimbas pada kenaikan bunga kredit perbankan.

Di tahun ini perekonomian China juga akan mengalami perlambatan. Kondisi ini akan berdampak pada menurunnya harga komoditas, lantaran menurunnya permintaan dari China. Dan diperkirakan akan tumbuh di 6,3% dan 6% di 2017.

Selain itu, bank sentral AS yang berencana akan menaikan suku bunganya di tahun ini juga menjadi risiko di sejumlah negara. Sebab kenaikan ini dapat memperkuat dolar AS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar