SAVE - Pergerakan nilai tukar rupiah diperkirakan masih akan
mengalami tekanan akibat adanya perkiraan bahwa Bank Sentral AS atau The Fed
akan menaikan tingkat suku bunga acuannya pada akhir tahun ini.
Ekspektasi
kenaikan suku bunga The Fed yang akan dilakukan pada Desember ini semakin
meningkat. Rupiah, seperti sebagian besar mata uang pasar berkembang lainnya, merasakan
dampak dari sentimen tersebut.
Pada perdagangan pekan ini terlihat kurang
berkilau untuk mata uang pasar berkembang. Hal ini dikarenakan mayoritas mata
uang mengalami tekanan jual yang tinggi akibat kuatnya nilai mata uang dolar
AS.
Meski rupiah mengalami pelemahan terhadap dolar dalam jangka pendek,
fundamental makro Indonesia yang semakin stabil seharusnya mendukung rupiah
berada dalam jangka yang lebih panjang.
Sementara faktor utama yang menyebabkan
nilai tukar rupiah mengalami penurunan cukup dalam yaitu berasal dari Amerika
Serikat (AS).
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) menilai bahwa pelemahan yang
dialami rupiah dalam beberapa hari terakhir ini disebabkan oleh respons pasar
yang menyusul rencana Pemerintah AS untuk menurunkan pajak dan juga pernyataan
dari Gubernur The Fed yang cenderung hawkish mengenai membaiknya perekonomian
AS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar