SAVE - Pemerintah dan Bank
Indonesia (BI) diharapkan memberi perhatian khusus terhadap pelemahan nilai tukar
rupiah ke posisi terendah pada akhir pekan lalu, yang hanya berselang kurang
dari satu minggu sejak APBN 2018 disahkan.
Nilai tukar rupiah yang mengalami penurunan
hingga ke Rp13.609/US$ pada perdagangan kemarin, merupakan posisi terendah
sejak Juli 2016. Meski dua hari ini mulai membaik, namun pelemahan rupiah ini
telah melebihi mata uang regional lainnya.
Meski dalam APBN 2018 pemerintah
masih terus melakukan penyusunan anggaran dalam kacamata optimistis, namun hal
tersebut masih kurang realistis.
Selain itu, BI juga menyatakan bahwa 50%
fluktuasi nilai tukar rupiah dipengaruhi oleh eksternal. Jika BI terkejut
dengan penurunan nilai tukar rupiah pada pekan lalu, ini menunjukan bahwa perhitungan
dan antisipasi mereka terhadap fluktuasi nilai tukar rupiah dan perkembangan
ekonomi dunia masih belum cermat.
Sementara jumlah utang yang semakin tinggi dan
akan jatuh tempo dalam dua tahun ke depan, dengan total Rp810 triliun, mestinya
dapat mendorong pemerintah untuk mempersiapkan sejenis protokol krisis ekonomi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar