SAVE - Berdasarkan dari pernyataan Kepala Badan Kebijakan
Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara, pemerintah masih belum akan
menerbitkan obligasi dan surat utang negara (SUN) dalam waktu dekat. Hal ini
dikarenakan, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus mengalami
pelemahan.
Dalam melakukan penerbitan obligasi valuta asing (valas) harus
menunggu waktu yang tepat dan saat kondisi pasar juga bergerak stabil. Untuk
itu, tidak mungkin jika pemerintah akan menerbitkan obligasi di tengah situasi
seperti ini.
Selain itu, pemerintah juga harus menghindari penerbitan obligasi
saat volatilitas nilai tukar sedang mengalami peningkatan. Sebab, jika
volatilitas tinggi maka investor akan wait and see untuk membeli obligasi yang
diterbitkan oleh pemerintah.
Jika investor tengah wait and see, biasanya akan
lebih ke waspada, dan jika sudah waspada biasanya akan berdampak pada
bergerakan harga. Sehingga hal tersebut memang berusaha untuk dihindari.
Sementara
pergerakan nilai tukar rupiah terlihat terus bergerak melemah terhadap dolar AS.
Pada perdagangan di pasar spot, nilai tukar rupiah berada di posisi
Rp14.004/US$, angka ini melemah jika dibandingkan dengan posisi perdagangan
sebelumnya di Rp14.001/US$.
Rupiah semakin bergerak melemah hingga ke posisi
Rp14.042/US$, ini merupakan posisi terendah rupiah sejak Desember 2015. Hal ini
membuat rupiah menjadi mata uang terburuk kedua di Asia terhadap dolar AS pekan
ini.
#moneychangersunterjakartautara
savemoneychanger @ptsavemc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar