SAVE - Pada perdagangan kemarin di pasar New York, pergerakan
dolarAS mengalami penguatan terhadap euro, ke puncak tertingginya dalam 10 pekan
terakhir. Hal ini terjadi lantara adanya ekspektasi kenaikan suku bunga acuan
oleh The Fed pada Juni ini.
Menguatnya data penjualan rumah di AS pada April,
semakin memperkuat keyakinan The Fed untuk menaikan suku bunganya, bahkan
adanya yang memprediksi lebih cepat dari Juni.
Pekan lalu, The Fed memang
mengejutkan para investor dengan rencana kenaikan suku bunga acuan pada Juni.
Ini membuat bursa saham utama dunia mengalami kenaikan, dan dipimpin oleh saham
sektor keuangan. Selain itu, saham teknologi juga mendapat keuntungan dari
kenaikan suku bunga acuan ini.
Nilai tukar euro mengalami penurunan 0,7%
terhadap dolar menjadi US$1,1136, aatau terendah sejak 16 Maret.
Ekspektasi
mengenai kenaikan suku bunga acuan oleh The Fed ini menjadi penggerak utama
bagi dolar AS.
Pada perdagangan kemarin, bursa saham Wall Street juga ditutup
naik lebih dari 1%.
Walapun demikian, suku bunga acuan ini dapat memberikan
pengaruh negatif bagi pasar saham, namun para pelaku pasar saham melihat danya
prospek perbaikan kondisi ekonomi AS.
Sementara kenaikan harga minyak, terjadi
karena investor melakukan antisipasi turunnya stok minyak dari AS. Harga minyak
jenis Brent naik 0,5% menjadi US$48,61/barel. Dan untuk harga minyak West Texas
Intermediate (WTI) meningkat 1,1% menjadi US$48,62/barel.
Akibat penguatan dolar
AS ini membuat harga emas mengalami penurunan ke tingkat terendahnya dalam 4
pekan terakhir. Harga spot emas berkurang 1,5% menjadi US$1.229,25/ounce.